ENDORPHIN
PART II
Youngjae
menggengam tangan Lidia dengan erat, Youngjae hanya memerlukan teman untuk
menemaninya terlelap malam ini. Mungkin gadis ini bisa membuat tidurnya semakin
lelap tanpa bermimpi lagi. mimpi yang selalu menghantuinya tiap malam.
Lidia
mengerjabkan matanya saat ada suara bisik-bisik disekitarnya, dilihatnya
Youngjae masih tertidur di pangkuannya sambil memeluk lengannya. Lidia
tersentak saat ada wajah Yugyeom dan Bambam di belakang kepalanya.
“Noona…..”
seru Bambam jahil.
“Apa
yang kalian lakukan disini, kenapa Youngjae hyung tidur dipangkuan noona?”
Tanya Yugyeom dengan wajah evilnya. Lidia menggeleng pelan. Saat akan menjawab
sebuah bantal menghantam kepala Bambam dan Yugyeom.
“Kalian
berdua hobi sekali menggoda orang.” seru Mark. Bambam dan Yugyeom tersenyum dan
menjauh dari Lidia. Youngjae pun terbangun dan duduk.
“Kalau
begitu saya pamit kekamar dulu yah?” Jackson menahan Lidia dan mendudukkan
kembali disamping Youngjae.
“Disini
saja Lidia, kita akan sarapan bersama. Sebagai ucapan terima kasih kami karena
kamu sudah menjaga Youngjae semalaman dan Youngjae terlihat sangat sehat pagi
ini.”
“Tapi,
saya bisa kok sarapan sendiri di kamar oppa”
“Ikutin
saja permintaan mereka Lidia, mereka hanya membalas kebaikanmu saja.” seru
manajer Arim. Akhirnya mau tidak mau Lidia mengangguk.
Tidak
lama room boy datang sambil membawa kereta sarapan mereka, sambil menikmati
sarapan mereka Lidia menyempatkan memperhatikan tingkah laku alami para member
tampan GOT7 ini. Sesekali Lidia tertawa melihat kelakuan dan kelucuan yang
ditunjukkan mereka. sesekali juga terdengar keributan kecil dari Jinyoung dan
Yugyeom dan dilerai Jb dengan lemparan bantal sofa dan membuat semua orang
tertawa.
Akhirnya
suasana canggung yang sempet tercipta mencair, Youngjae pun terlihat mulai
ceria dengan guyonan para hyung dan dongsaeng-nya. Tanpa sadar
Lidia terus memperhatikan Youngjae yang tengah tertawa lepas disampingnya.
Lidia tersadar saat Jinyoung mengansurkan minum kearahnya.
“Gomawo
oppa.”
“Terima
kasih sudah menjaga Youngjae malam ini.”
“Kebetulan
aku berada disini saja oppa.” Jinyoung tersenyum. Lidia hampir tersedak
melihat senyuman manis itu. Diletakkan kembali gelas airnya ke meja sambil
terbatuk.
‘Bagaimana
bisa mereka bertujuh memilki senyuman seperti ini.’ gumam Lidia. Ditepuk-tepuk
dadanya untuk menetralkan laju jantungnya yang tidak biasa.
“Noona
gwenchana?” Tanya Bambam, wajah Lidia merona dipergoki Bambam yang tengah
memandangnya penuh selidki.
“Gwenchana
Bam, gomawo.” Lidia buru-buru menghabiskan sarapannya.
“Saya
pamit kekamar dulu semuanya, annyeong.” Lidia segera berlari meninggalkan
ruangan dan tidak menghiraukan panggilan Bambam. Lidia segera masuk kedalam
kamar dan menutup pintunya.
“Bisa
kehabisan nafas aku kalau kelamaan bersama mereka,”
“Lidia
kamu tidak apa-apa?”
“Eonni…
aku tidak apa-apa,” Lidia setengah malu saat dipergoki teman sekamarnya, Intan
si penerjemah cantik.
“Tidur
dimana tadi malam?”
“Maaf
Eonni, aku terpaksa tidur dikamar Jb karena menunggu Youngjae yang sakit.”
Lidia duduk ditepi ranjang. Warna wajahnya belum juga pulih, ditepuk-tepuk
pelan pipinya.
“Kenapa
wajah kamu bisa semerah itu?” Lidia menggeleng pelan.
“Kamu
digodain anak-anak aneh itu Lidia?”
“Tidak
Eonni, aku merasa akan meledak
berada lama-lama bersama mereka,”
“Mereka
terlalu tampan.” Lidia tertawa.
“Eonni
mengakuinya juga?” Intan tertawa.
“Eonni
keluar dulu, ada pertemuan dengan Mc hari ini. Kamu segera menyusul bersama
GOT7, eonni tungga disana.” Lidia mengangguk. Disambar handuk yang ada
di samping tempat tidurnya dan masuk kedalam kamar mandi. Lidia harus ikut
kemanapun GOT7 pergi, seperti pagi ini hari ini mereka akan bertemu dengan MC
fanmeet mereka untuk yang pertama kalinya, Ikhsan Akbar. Mc terkenal yang kerap
ada ditelevisi dan aktif di radio sebagai dj. Lidia memoles wajah mungilnya
dengan bedak dan make up tipis setelah sudah merasa cukup Lidia pun buru-buru
keluar dari kamar sambil menyambar tas punggung mungilnya. Penampilannya sangat
trendi ala gadis remaja di awal 20 tahun.
Para
member sudah ada didepan kamarnya saat Lidia membuka pintu, Bambam langsung
menghampiri Lidia dan merangkulnya.
“Annyeong
noona, noona cantik sekali hari ini,” Lidia hanya tersenyum
canggung. Jackson menepuk tangan Bambam yang tengah merangkul Lidia.
“Jangan
ambil kesempatan apapun Bam,” Bambam tertawa.
“Tahu
aja hyung. Mian noona, aku hanya bercanda.” Lidia mengangguk. Dibiarkan
para member berjalan didepannya hanya tertinggal dia dan Youngjae dibelakang.
Youngjae terlihat sangat ceria hari ini,
“Lidia-si”
“Youngjae-si”
Lidia tersenyum kaku. “terlihat lebih sehat hari ini” Youngjae mengangguk.
“Seperti
yang dilihat. Hurry up Lidia-si kita sudah tertinggal jauh dari mereka.” Lidia
baru saja akan mempercepat langkahnya saat Youngjae sudah menarik tangannya dan
mau tidak mau mengikuti Youngjae yang tengah berlari dengan gaya khasnya.
“Youngjae
hyung ppali.” seru Yugyeom.
***
Lidia
duduk disamping Ikhsan dan tengah mengobrol, Lidia yang pernah memwawancarai
Ikhsan beberapa kali pun menjadi akrab. Hubungan kerja,
“Mereka
asyik dan sopan santun” celetuk Ikhsan. “semuanya manggil gue hyung,
berasa tua gue Lid,” Lidia tersenyum dan beralih dari laptop mungilnya.
“Memang,
aku nyaman kerja sama dengan mereka kak,”
“Kalau
gini mah, gue bakal terus terima jadi MC di setiap acara mereka di Indonesia,”
“Itu
mah kakak yang ngarep.” Ikhsan tertawa. Tidak lama Jackson datang menghampiri.
“Hyung…”
“Jackson,
my bro” Jackson duduk disamping Ikhsan.
“Hyung
saya dengar dari Intan noona, kalau hyung sudah 10 tahun menjadi
Mc ya?” Tanya Jackson dengan bahasa inggrisnya.
“Alhamdulillah,
hanya sebagai MC Jackson kalau menjadi idol seperti lo dan temen-temen lain
nggak masuk criteria.”
“Kau
merendah hyung” mereka tertawa pelan. Jacskon mengalihkan pandangannya
ke Lidia yang tengah serius menatap layar laptopnya.
“Lidia,
bagaimana Youngjae?” Tanya Jackson tiba-tiba, Lidia yang tengah menengguk air
mineral tersedak.
“maksud
oppa?” Jackson hanya tersenyum penuh arti.
“Hyung
Lidia, saya kesana dulu.” jackaon berlalu, setelah menepuk bahu Lidia. Ikhsan
menyenggol lengan Lidia pelan.
“Lo
ada apa dengan Youngjae Lid?”
“Nggak
ada apa-apa kak, apaan sih!”
“Gue
kira lo sama Tommy,”
“Tommy
temen baik aku kak, apaan sih,” Ikhsan tertawa pelan, melihat ekspresi Lidia
yang tidak nyaman dan tidak terima.
“Gue
keruangan dulu, kayaknya udah mau mulai baca skrip. Lo kebiasaan kalau lagi
malau tuh wajah berubah, pengen nyolek gue pakai ayam goereng saking merahnya,”
Lidia mengangguk dan melemar kertas kearah Ikhsan. Dikonsentrasikan kembali
fokusnya pada kerjaannya, setidaknya tulisan tulisan ini selesai nanti sore dan
bisa direvisi editornya, dan dia bisa tenang saat harus ada di fanmeeting GOT7
nanti malam.
Kalau
sudah menulis Lidia bisa lupa waktu atau apapun, hampir 100 halaman sudah
diselesaikan Lidia dalam waktu 6 jam ini. Lidia bermaksud mengisthiratkan
tangannya yang pegal setelah menyimpan file penting itu. Namun tanpa sengaja
dia tertidur di atas meja.
“Lihatlah
Hyung, Lidia noona kalau sedang tertidur terlihat polos dan
menggemaskan.”
“Betul
sekali, dia cantik juga Bam,” Jacskon dan Bambam tertawa pelan.
“Bangunkan
saja Bam,”
“Jangan
hyung”
“Dia
bisa ketinggalan fanmeeting Bam,”tidak lama manajer Arim datang.
“yaa,
apa yang kalian lakukan?”
“Tidak
ada noona, kami hanya melihat Lidia tidur saja.” manajer Arim mendekati
Lidia dan membangunkannya.
“Lidia,
ireona,” tidak lama Lidia mengerjakan matanya dan bingung saat banyak
mata tengah memandangnya. Diusap wajahnya yang terlihat lelah dan tersentak
malu, ditunduk dalam-dalam kepalanya. Semua yang melihatnya tertawa geli, tidak
lama sebuah topi menutupi kepalanya Lidia refleks mendongak dan melihat
Youngjae disampingnya.
“Segera
bersiap Lidia-si, beberapa saat lagi kami akan memulai acaranya.” seru
Youngjae pelan. Lidia mengangguk, dan segera berlari menuju kamar mandi gedung
itu.
***
Lidia
sudah duduk tidak jauh dari panggung bersama Tommy, beberapa saat lagi acara
fanmeeting itu mulai. Suasana sangat ramai, caablanca hall di penuhi
gadis-gadis cantik yang sudah tidak sabar menanti ketujuh idola mereka tampil
di panggung mungil itu. Disenggol lengan Tommy,
“Foto
mereka Tom,”
“Udah,
telat banget kamu nyuruhnya,” Lidia hanya memiringkan sebelah bibirnya.
“Bagaimana
seharian bersama mereka?”
“Sangat
menyenangkan, kalau aku jadi salah satu dari gadis-gadis ini pasti aku seorang
fans yang sangat beruntung.” seru Lidia sambil menunjuk Ahgase disampingnya.
Tidak
lama lampu panggung meredup dan sebuah video berputar di LED, suara teriakan
pun menggema dengan dahsyat. Lidia pun ikut bertepuk tangan dan tersenyum,
tidak lama suara Jackson terdengar dan satu persatu masuk kedalam panggung
disertai teriakan-teriakan fans yang luar biasa kencang.
Acara
itu berjalan dengan lancar dan seru, Lidia terus memperhatikan GOT7 dengan
seksama. Mereka sangat ceria dan ramai, matanya kini terpaku pada Youngjae.
Kemana sakitnya tadi malam, kemana wajahnya yang sangat terlihat frustasi itu,
Lidia mengakui kalau Youngjae memang sangat pfrofesional tidak jauh berbeda
dengan yang lain.
Setelah
3 jam berlalu acara yang meriah dan seru itupun berakhir, GOT7 sudah kembali
backstage 10 menit yang lalu. Lidia dan Tommy masih duduk didalam gedung
menyelesaikan tugas mereka.
“Aku
udah ketik semua hasil wawancara tadi malam Tom, kamu tinggal kasih ke editor
dan memilih foto yang sesuai setelah itu kelar.” Lidia mengansurkan Flashdisk
putih.
“Oke,
segera aku kasih ke editor. Kamu gimana pulangnya?”
“Santai
aja, aku mau ambil barang-barang di hotel dulu dan pulang naik taksi.”
“Oke
aku duluan, bye Lid.” Lidia tersenyum dan mengangguk. Setelah Tommy pergi Lidia
pun menuju backstage mengambil tasnya. Ternyata GOT7 masih disana dan tengah
makan malam dengan lahap.
“Noona
ayo gabung,” ajak Yugyeom.
“Noona
nanti aja Gyeom, masih ada yang perlu diselesaikan dulu.” seru Lidia sambil
berlalu, Youngjae menangkap tanganya.
“Gabung
aja Lidia, kerjaan itu masih ada hari esok.” ucap Youngjae tanpa melihatnya dan
menarik Lidia duduk disamping Yugyeom.
“Benar
kata Youngjae Lidia, kamu makan aja dulu.” JB menimpali. Jackson mengambil
piring disebelahnya dan memberikan ke Lidia. Lidia melihat kesekeliling dan
menemukan manajer Arim yang tengah membereskan tasnya.
“Arim
eonni… apakah mereka bertujuh memang hobi sekali memaksa ya?” Arim
manajer berpaling dari kesibukkannya dan tersenyum melihat Lidia.
“Seperti
yang kamu rasakan sekarang Lidia, untung kamu nggak disuapi oleh mereka.”
“Noona,
kau membuat kami terlihat mengerikan” protes Jackson. Mereka pun tertawa.
***
Lidia
menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur, Intan baru saja pamit pulang. Lidia
memutuskan tetap dihotel karena sudah malam, toh hotel masih bisa dipakai
sampai besok sore. Hari ini sangat melelahkan, padahal dia hanya mengetik dan
melihat fanmeeting itu, apalagi GOT7 mungkin mereka sangat sangat kelelahan.
Lidia masuk kedalam kamar mandi, sepertinya membersihkan diri sangat efisien
menghilangkan lelah ditubuhnya.
Lidia
bermaksud membuka pintu kamar mandi, pintu kamar mandi itu macet dan tidak bisa
terbuka.
“Apa
ini, ayolah terbuka,” ditarik tarik pintu kamar mandi itu dengan sekuat tenaga
namun tak berhasil. Lidia mencari cela di kamar mandi itu tapi tidak ada semua
tertutup rapat dan kamar mandi itu kedap suara.
“Yaa,
tolong. Tolong.” segala usaha sudah dikerahkan Lidia, tapi tidak behasil satu
jam sudah Lidia terjebak di dalam kamar mandi dan tidak seorang pun datang
menolongnya, nafasnya sudah terputus-putus asma nya mulai kambuh dan membuatnya
tidak bisa berkutik. Lidia meringkuk di pinggir kamar mandi dengan airmata yang
mengalir deras.
“Mama
Papa tolong Lidia,” serunya pelan,
Bandung,
pukul 01.00 dini hari. 2010.
Lidia
dan kedua orang tuanya tengah tertidur saat api dari dapur merambat keruang
tengah. Suara gaduh pun membangunkannya suara papa dan mama yang menjerit,
pembantu mereka lupa mematikan kompor gas setelah merebus air dan menyebabkan
kebakaran. Lidia yang terkejut langsung terbangun dan keluar dari kamar menuju
kamar orangtuanya yang sebagian besar sudah terbakar.
“Mama,
Papa bangun. Kebakaran, mama…” jerit Lidia. Kedua orang tuanya sama sekali
tidak berkutik di bawah tempat tidur sambil berpelukan. Kamar itu sudah
terbakar penuh.
“Mama
bangun, ayo keluar. Papa…..” jerit Lidia memohon, saat dia akan menerobos masuk
kedalam kamar sebuah balok jatuh didepannya dan menutup pintu kamar orang
tuanya.
“Mama……”
Lidia merapat kesudut tembok sambil menangis ketakutan. Dipeluk kedua lututnya
yang bergetar. Suaranya lirih, nafasnya mulai sesak, asap dari kebakaran menghalau
pandangganya dan gelap.
Lidia
terperanjat lemah, dan mendapatkan diri sudah terbaring dirumah sakit.
“Mama,
Papa” panggilnya pelan. Nenek yang menunggunya disamping langsung mengelus
rambutnya pelan.
“Lidia
kamu sudah bangun, kamu isthirahat dulu ya”
“Nenek
Papa dan Mama mana?”
“Mereka
ada, kamu tidur dulu. Kalau sudah sembuh nanti kita lihat Mama dan Papa” seru
nenek sambil menahan airmatanya.
“Nenek,
Lidia mau ketemu sekarang” teriak Lidia.
“Sabar
sayang, besok nenek janji kita akan bertemu mereka” Lidia menggelengkan
kepalanya menolak.
“Lidia….”
Nenek memandang gadis yang baru 11 tahun itu dengan tatapan sayangnya.
“Kamu
tidur dulu yah” Lidia pun menurut dan memejamkan matanya. Nenek menyeka sudut
matanya, sudah 3 hari Lidia tidak sadarkan diri dan.
***
Siang
itu nenek mendorong kursi rodanya menuju kepemakaman umum, disini Lidia
berhenti ditempat 2 gundukan tanah yang masih merah bahkan bunga yang diatas
belum sepenuhnya mongering.
“Nenek…”
airmata Lidia tidak terbendung lagi dan mengalir deras.
“Mama
dan Papa meninggal dimalam itu sayang.”
“Nenek,
nggak mungkin,” Lidia beranjak dari kursi roda dan memeriksa nisan.
“Nenek…
Mama Papa,” nenek memeluk Lidia erat.
“Ini
salah Lidia, kalau Lidia bisa masuk kedalam kamar dan menyelamatkan mama papa,
mereka pasti tidak meninggal. Nenek…” teriak Lidia.
“Bukan
salah kamu sayang, ini sudah takdir Tuhan.”
“Nggak
mau, Mama Papa…..” Lidia memegang dadanya, nafasnya sangat sesak dan hampir
tidak bisa bernafas sama sekali. Lidia pingsan diantara kuburan kedua orang tuanya,
suster yang mendampingi Lidia langsung menganggkat Lidia dan kembali ke rumah
sakit. Saat itu dokter memvonis Lidia Asma akut karena selama kebakaran Lidia
terlalu banyak menghirup asap tebal dan membuat noda parah diparu-parunya.
***
“Lidia,
bangun. Lidia….” Suara dari jauh memanggil-manggilnya. Lidia mengerjabkan
matanya dan menangis terseduh
“Mama
Papa….”
“Lidia….”
Bahunya terguncang. Lidia membuka matanya dan melihat manajer Arim dan Youngjae
sudah ada disampingnya.
“Lidia,
kamu tidak apa-apa?” Tanya manajer Arim khawatir. Lidia susah bernafas,
Youngjae sigap membuka tas kecil dan menemukan obat asma Lidia. Setelah
beberapa saat nafas Lidia mulai normal, disandarkan tubuhnya.
“Lidia…”
“Youngjae-si…
kenapa aku bisa disini?”
“Kamu
terkunci dikamar mandi, untung Arim noona masuk kedalam kamar untuk
memanggilmu dan menemukanmu pingsan didalam kamar mandi”
“Kenapa
bisa terkunci Lidia?”
“Aku
juga tidak tahu eonni, pintunya macet. maafkan aku membuat kalian khawatir”
“Kau
membuat Youngjae kembali ke hotel, padahal mereka harus wawancara dengan salah
satu televisi” ujar Arim manajer. Lidia menatap Youngjae. entah kenapa kali ini Yongjae menatapnya dengan sangat intens.
“Sekarang
aku baik-baik saja Youngjae-si. Kamu bisa pergi.”
“Kamu
perlu kerumah sakit?” Lidia menggeleng.
“Aku
yakin aku baik-baik saja, kamu segeralah pergi”
“Youngjaeya,
kamu pergilah. Nanti noona dan Lidia menyusul kamu.” Youngjaepun
menurut, di pakai jas putihnya. Sebelum pergi Younjae menepuk kepala Lidia.
“segeralah menyusul Lidia…. Aku menunggumu.”
Lidia menatap Youngjae dan menggangguk pelan.
BERSAMBUNG......
Tunggu part III yah, segera menyusul. thanks banget udah mau mampir di blog aku.
Komentar
Posting Komentar